Fenomena rumah kosong atau yang dikenal dengan istilah Akiya di Jepang sedang menjadi perhatian dunia. Bagaimana tidak, jutaan rumah kosong dijual dengan harga yang sangat murah, mulai dari Rp15.000 hingga Rp151 juta. Mendengar harga seperti itu, mungkin banyak dari orang, terutama di Indonesia langsung membayangkan betapa menguntungkannya memiliki properti di negeri Sakura. Tapi, apa sebenarnya penyebab banyaknya rumah kosong ini? Dan apakah fenomena ini bisa dibandingkan dengan kondisi harga properti di Indonesia?
Fenomena Akiya ini erat kaitannya dengan beberapa faktor sosial dan demografis di Jepang. Salah satu penyebab utamanya adalah populasi Jepang yang terus menurun. Negara ini memiliki tingkat kelahiran yang sangat rendah dan tingkat penuaan penduduk yang sangat tinggi. Banyak anak muda Jepang memilih untuk tidak memiliki anak, atau bahkan tidak menikah, sehingga populasi secara keseluruhan menurun drastis. Berdasarkan data, pada tahun 2023, lebih dari 28% populasi Jepang adalah lansia.
Ketika seseorang meninggal dunia atau pindah ke panti jompo, rumah yang mereka tinggali sering kali dibiarkan kosong karena anak-anak mereka tinggal di kota besar seperti Tokyo atau Osaka. Sementara itu, sebagian besar rumah kosong ini berada di daerah pedesaan yang jauh dari fasilitas umum seperti transportasi, sekolah, atau pusat perbelanjaan.
Selain itu, faktor lain yang membuat rumah-rumah ini tidak terurus adalah biaya pajak properti yang tetap berjalan meskipun rumah tidak dihuni. Daripada harus membayar pajak terus-menerus untuk properti yang tidak dipakai, banyak keluarga memutuskan untuk menjual rumah mereka dengan harga sangat murah.
Meskipun harga rumah kosong di Jepang sangat murah, biasanya ada biaya renovasi yang cukup tinggi. Banyak dari rumah-rumah ini merupakan bangunan tua dengan struktur yang sudah lapuk. Untuk merenovasi rumah tersebut, kalian harus mengeluarkan biaya antara Rp523 juta hingga Rp1 miliar. Biaya ini bahkan bisa lebih besar jika rumah berada di daerah yang memiliki aturan renovasi ketat.
Tidak hanya itu, rumah di daerah pedesaan Jepang sering kali kehilangan nilai investasi karena minimnya permintaan. Hal ini berbeda dengan rumah di kawasan perkotaan yang memiliki nilai jual lebih stabil.
Jika dibandingkan dengan harga properti di Indonesia, tentu harga rumah kosong di Jepang terasa seperti mimpi indah. Di Indonesia, harga rumah di area perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung sudah menyentuh angka miliaran rupiah. Bahkan untuk rumah sederhana di pinggiran kota saja, harga tanah dan bangunan bisa mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
Namun, perbedaan utama antara kedua negara adalah nilai tanah dan lokasi strategis. Di Indonesia, rumah dengan lokasi strategis akan terus meningkat nilainya karena urbanisasi yang tinggi dan permintaan properti yang besar. Sedangkan di Jepang, rumah di pedesaan justru sering kali kehilangan nilai karena minimnya populasi dan aksesibilitas.
Selain itu, budaya di Indonesia cenderung melihat properti sebagai investasi jangka panjang yang stabil. Masyarakat percaya bahwa memiliki rumah atau tanah adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga aset keluarga. Di Jepang, pandangan ini mulai berubah, terutama di kalangan generasi muda yang lebih suka menyewa daripada membeli rumah.
Dari fenomena Akiya di Jepang dapat dipelajari tentang bagaimana perubahan demografi dan pola pikir masyarakat dapat memengaruhi pasar properti. Jepang yang pernah menjadi salah satu negara dengan pasar properti paling mahal di dunia kini menghadapi tantangan besar karena populasi yang menurun dan banyaknya rumah kosong. Sementara itu, Indonesia menghadapi masalah sebaliknya, yaitu permintaan yang tinggi tetapi pasokan yang terbatas, sehingga harga properti terus meroket.
Bagi mereka yang tertarik membeli properti di Jepang, fenomena ini tentu menjadi peluang. Namun, keputusan tersebut harus disertai pertimbangan matang mengenai biaya renovasi, lokasi, dan tujuan jangka panjang dari investasi tersebut.
Di sisi lain, bagi masyarakat Indonesia, fenomena ini bisa menjadi pengingat bahwa harga properti yang terus naik harus diimbangi dengan perencanaan keuangan yang matang. Jangan sampai kebutuhan memiliki rumah malah menjadi beban finansial yang sulit ditanggung
Untuk itu, memahami unfair advantage dalam ilmu properti sangat penting. FAR Capital siap membantu Anda mendapatkan keuntungan maksimal lewat strategi yang tepat, mulai dari memilih properti strategis hingga menjadikannya aset produktif. Jangan biarkan peluang berlalu begitu saja, jadilah yang lebih unggul dalam dunia properti!
