Pemerintah resmi menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5% pada tahun 2025. Kebijakan ini diharapkan mampu menjaga daya beli pekerja di tengah inflasi dan biaya hidup yang terus meningkat. Namun, kenaikan UMP tersebut juga diiringi dengan beberapa kebijakan baru yang justru menambah beban kelas pekerja. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah kenaikan ini benar-benar berdampak positif bagi kesejahteraan pekerja?
Kenaikan UMP sebesar 6,5% terlihat cukup signifikan di atas kertas. Sebagai gambaran, jika sebelumnya seorang pekerja menerima UMP sebesar Rp4.000.000 per bulan, maka kenaikan ini berarti tambahan sekitar Rp260.000. Namun, manfaat ini tampaknya tidak akan maksimal karena adanya berbagai kebijakan baru yang turut memengaruhi pengeluaran pekerja.
Pertama, pemerintah akan menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%. Kenaikan ini secara langsung berdampak pada harga barang dan jasa yang semakin mahal. Bahan pokok, transportasi, hingga kebutuhan hiburan akan ikut terdampak.
Selain itu, iuran BPJS Kesehatan juga direncanakan naik. Bagi pekerja yang sebelumnya sudah terbebani dengan biaya hidup sehari-hari, tambahan iuran ini meski terlihat kecil tetap menggerus pendapatan. Perubahan sistem subsidi KRL berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) juga menjadi tantangan baru. Jika tidak memenuhi kriteria penerima subsidi, pekerja yang mengandalkan KRL untuk transportasi harian harus merogoh kocek lebih dalam.
Di sisi lain, pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga akan berdampak pada meningkatnya biaya transportasi dan distribusi barang. Di sisi lain, iuran Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) yang diwajibkan bagi pekerja turut menambah beban finansial, meskipun program ini bertujuan membantu pekerja memiliki rumah di masa depan.
Jika seluruh kebijakan ini dihitung, tambahan pengeluaran yang harus ditanggung pekerja hampir setara dengan kenaikan UMP itu sendiri. Sebagai contoh, kenaikan PPN saja bisa meningkatkan belanja bulanan hingga Rp30.000 untuk pekerja dengan pengeluaran sekitar Rp3.000.000. Ditambah kenaikan biaya transportasi dan iuran wajib lainnya, total pengeluaran tambahan bisa mencapai Rp190.000 atau lebih. Dengan demikian, tambahan Rp260.000 dari kenaikan UMP nyaris habis, menyisakan sedikit ruang untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dengan kenaikan UMP yang nyaris tidak cukup untuk menutupi beban tambahan dari berbagai kebijakan baru, kelas pekerja menghadapi tantangan besar dalam menjaga kesejahteraan. Hal ini tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi, tetapi juga pada aspek psikologis dan sosial pekerja.
Pertama, daya beli pekerja terancam stagnan atau bahkan menurun. Dengan inflasi dan kenaikan harga barang, pendapatan yang sebelumnya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari kini menjadi pas-pasan. Akibatnya, banyak pekerja yang terpaksa mengurangi konsumsi, baik dalam hal kebutuhan pokok maupun gaya hidup.
Kemudian, tekanan finansial yang mendorong banyak pekerja untuk mengambil langkah ekstrem, seperti mencari pekerjaan tambahan atau bahkan berutang. Sayangnya, jika tidak dikelola dengan baik, utang ini bisa menjadi beban baru yang justru memperparah kondisi keuangan.
Di tengah tekanan ini, pekerja perlu mengatur strategi untuk bertahan dan bahkan memperbaiki kondisi finansial. Kenaikan UMP mungkin tidak sepenuhnya membantu, tetapi ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengoptimalkan pendapatan yang ada.
Pertama, penting untuk merencanakan keuangan dengan ketat. Buatlah anggaran bulanan yang realistis dan prioritaskan kebutuhan pokok di atas keinginan. Dengan disiplin, pengeluaran yang tidak perlu bisa ditekan sehingga ada ruang untuk menabung.
Kedua, eksplorasi peluang untuk menambah penghasilan. Era digital membuka banyak kesempatan, seperti freelance, jualan online, atau bahkan menjadi content creator. Pendapatan tambahan ini bisa menjadi penopang di tengah kenaikan biaya hidup.
Ketiga, manfaatkan fasilitas dan subsidi yang masih tersedia. Jika memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi KRL atau BBM, jangan ragu untuk mendaftar. Ini bisa membantu mengurangi beban pengeluaran harian.
Keempat, mulailah investasi kecil-kecilan untuk masa depan. Tidak perlu langsung besar, mulailah dengan emas, reksa dana, atau tabungan. Dengan strategi yang tepat, investasi ini bisa menjadi sumber pendapatan pasif di kemudian hari.
Sebab, pada dasarnya kenaikan UMP 6,5% memang terlihat seperti kabar baik, tapi nyatanya belum cukup untuk menutupi beban tambahan dari berbagai kebijakan baru.
Di tengah kondisi ini, penting untuk lebih cermat mengelola pemasukan dan pengeluaran dengan belajar soal keuangan melalui platform terpercaya seperti FAR Capital bisa jadi langkah tepat. Dengan memahami kapasitas keuangan, kalian bisa lebih mudah mengatur strategi untuk bertahan dan tetap mencapai stabilitas finansial, meski di situasi yang menantang.
