Saat ingin membeli properti, baik rumah, apartemen, maupun ruko, memahami jenis sertifikat yang dimiliki sangatlah penting. Sertifikat tanah adalah dokumen legal yang menjadi bukti sah kepemilikan atau hak penggunaan suatu properti. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis sertifikat yang umum, seperti Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak Pakai, dan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB).
Dari ketiga jenis tersebut, Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) cukup populer, terutama untuk properti komersial seperti apartemen dan perkantoran. Namun, masih banyak yang belum sepenuhnya paham apa itu HGB, bagaimana ciri-cirinya, serta apa saja keuntungan dan kerugian memiliki properti dengan sertifikat ini. Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang HGB agar kalian bisa membuat keputusan investasi properti yang lebih cerdas.
Sertifikat HGB adalah dokumen resmi yang memberikan hak kepada individu atau badan hukum untuk mendirikan dan menggunakan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya. Artinya, meskipun kalian memiliki bangunan di atas lahan tersebut, tanahnya tetap menjadi milik negara atau pihak lain yang memiliki hak pengelolaan.
Salah satu ciri khas HGB adalah masa berlakunya yang terbatas. Biasanya, HGB berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang hingga maksimal 20 tahun, tergantung pada ketentuan yang berlaku. Proses perpanjangan ini harus dilakukan sebelum masa berlakunya habis. Jika tidak diperpanjang, hak atas properti tersebut bisa hangus, sehingga kalian perlu lebih proaktif dalam mengelola dokumen ini.
Properti dengan HGB tetap bisa diperjualbelikan, diwariskan, bahkan dijadikan jaminan kredit di bank. Selain itu, status HGB juga bisa ditingkatkan menjadi SHM jika memenuhi syarat tertentu, seperti kepemilikan tanah yang sah dan sesuai dengan peraturan pemerintah.
Meskipun tidak sekuat SHM dalam hal kepemilikan, ada beberapa keuntungan memiliki properti dengan sertifikat HGB yang membuatnya tetap menarik, terutama bagi para investor properti. Berikut ini adalah beberapa keunggulannya:
1. Harga Properti Lebih Terjangkau
Properti dengan sertifikat HGB biasanya dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan properti dengan SHM. Hal ini karena pemilik hanya memiliki hak atas bangunan, bukan tanahnya. Bagi para investor pemula atau mereka yang ingin menghemat anggaran, HGB bisa menjadi pilihan menarik.
2. Fleksibel untuk Investasi Komersial
Banyak properti komersial seperti apartemen, ruko, dan gedung perkantoran menggunakan HGB karena lebih fleksibel untuk keperluan bisnis. HGB memungkinkan perusahaan atau individu untuk mengelola properti dengan biaya lebih efisien, tanpa harus membeli lahan yang mahal.
3. Bisa Ditingkatkan ke SHM
Meskipun awalnya berupa HGB, properti ini bisa ditingkatkan menjadi Sertifikat Hak Milik (SHM) jika memenuhi persyaratan tertentu. Proses ini memungkinkan pemilik untuk mendapatkan kepemilikan penuh atas properti tersebut di masa depan, yang tentunya meningkatkan nilai jualnya.
4. Dapat Dijadikan Jaminan Kredit di Bank
Properti dengan HGB tetap bisa digunakan sebagai jaminan untuk mengajukan pinjaman di bank. Meskipun bank lebih menyukai SHM karena dianggap lebih aman, HGB tetap diterima, terutama jika properti tersebut berada di lokasi strategis.
Di balik keuntungannya, ada beberapa kerugian memiliki properti dengan sertifikat HGB yang perlu dipertimbangkan sebelum membeli:
1. Masa Berlaku Terbatas
HGB memiliki batas waktu kepemilikan, biasanya 30 tahun, yang bisa diperpanjang. Jika masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang, maka hak atas properti tersebut bisa hilang. Ini membuat pemilik harus selalu waspada dan mengurus perpanjangan tepat waktu.
2. Proses Perpanjangan yang Rumit
Mengurus perpanjangan HGB memerlukan biaya tambahan dan proses administratif yang cukup panjang. kalian harus menyiapkan dokumen-dokumen tertentu dan mengikuti prosedur hukum yang berlaku, yang bisa memakan waktu dan tenaga.
3. Nilai Jual Lebih Rendah
Properti dengan HGB cenderung memiliki nilai jual kembali yang lebih rendah dibandingkan SHM. Banyak pembeli lebih memilih properti dengan SHM karena status kepemilikannya lebih kuat dan tidak terbatas waktu.
4. Potensi Risiko Perubahan Regulasi
Karena HGB terkait dengan tanah milik negara atau pihak ketiga, ada risiko perubahan kebijakan pemerintah yang bisa memengaruhi status properti. Misalnya, jika tanah tersebut dialokasikan untuk proyek pembangunan tertentu, pemilik HGB bisa terdampak.
Jika berbicara tentang hierarki kepemilikan properti di Indonesia, Sertifikat HGB berada di bawah Sertifikat Hak Milik (SHM) dalam hal kekuatan hukum. SHM memberikan hak penuh kepada pemilik atas tanah dan bangunan tanpa batas waktu. Sementara itu, HGB hanya memberikan hak untuk menggunakan dan mengelola bangunan di atas tanah dalam jangka waktu tertentu.
Meskipun begitu, HGB tetap menjadi pilihan populer, terutama di kawasan perkotaan di mana lahan sangat mahal. Selain fleksibel untuk bisnis, properti HGB juga bisa menjadi investasi jangka pendek yang menguntungkan jika dikelola dengan baik.
So, jika kalian ingin investasi properti komersial dengan fleksibilitas tinggi, HGB bisa menjadi pilihan yang lebih ekonomis. Namun, sebelum membeli properti apa pun, penting untuk memahami secara menyeluruh tentang jenis sertifikat, regulasi hukum, dan potensi risikonya. Jangan sampai salah langkah karena kurangnya pengetahuan tentang properti.
Untuk itu, jika kalian ingin memperdalam pemahaman tentang dunia properti, belajar ilmu properti dari Unfair Advantage FAR Capital adalah pilihan tepat. Di sini, kalian akan mendapatkan wawasan lengkap tentang strategi investasi properti, cara memilih properti yang menguntungkan, serta memahami aspek legalitasnya secara detail.
Dengan bekal ilmu yang tepat, keputusan investasi properti kalian tidak hanya lebih aman, tetapi juga lebih menguntungkan. Jangan ragu untuk belajar sebelum berinvestasi, karena investasi terbaik adalah investasi pada pengetahuanmu sendiri.
