Perempuan sering kali dianggap punya strategi keuangan yang ajaib. Salah satu konsep yang belakangan populer adalah “Girl Math“, istilah yang menggambarkan cara unik perempuan menghitung pengeluaran atau memanipulasi persepsi mereka terhadap uang. Konsep ini tidak hanya mengundang keseruan, tetapi juga memicu diskusi karena dianggap relatable.
Secara sederhana, Girl Math adalah cara perempuan memaknai dan menghitung uang berdasarkan logika yang terkadang sulit dipahami oleh orang lain. Konsep ini bukanlah soal kurangnya pemahaman tentang matematika, melainkan soal cara pandang yang lebih emosional dan intuitif terhadap uang.
Contohnya, saat seseorang membeli sesuatu dengan uang tunai, mereka merasa barang tersebut “gratis” karena uang di dompet berkurang tanpa meninggalkan jejak digital. Atau ketika menemukan barang diskon, harga asli yang lebih mahal mendadak tidak terasa relevan. Hal ini seperti seni pengelolaan keuangan versi pribadi yang meskipun terdengar tidak masuk akal, sering kali dianggap memuaskan.
Prinsip ini mungkin terdengar sederhana, tetapi dampaknya pada pengelolaan keuangan bisa cukup signifikan. Agar lebih jelas, berikut beberapa prinsip utama yang menjadi dasar cara kerja Girl Math.
1. Uang Tunai yang Dipakai = Gratis!
Dalam Girl Math, uang tunai yang digunakan untuk membayar sesuatu sering kali dianggap tidak ada. Misalnya, saat membeli kopi seharga Rp30 ribu menggunakan uang cash, rasanya lebih ringan dibandingkan membayar dengan kartu debit atau dompet digital. Mengapa demikian? Karena tidak ada jejak digital atau notifikasi yang mengingatkan bahwa uang tersebut telah hilang.
2. Budget Sisa Hari Ini = Tambahan untuk Besok
Misalnya, kalian menetapkan anggaran harian sebesar Rp100 ribu, tetapi hanya menghabiskan Rp70 ribu, dalam logika Girl Math, sisa Rp30 ribu dianggap sebagai bonus tambahan untuk esok hari. Hal ini memberikan kesan seolah-olah kalian memiliki uang lebih, meskipun sebenarnya itu hanya sisa anggaran dari hari sebelumnya.
3. Bayar dengan Cicilan = Seperti Tidak Belanja
Opsi cicilan 0% sering kali menjadi favorit dalam Girl Math. Logikanya, barang yang dicicil terasa seperti tidak membeli barang sama sekali karena pembayaran dilakukan secara bertahap. Contohnya, barang seharga Rp1 juta yang dicicil Rp100 ribu per bulan terasa lebih ringan. Padahal, total uang yang dikeluarkan tetap sama.
4. Harga Barang Diskon ≠ Harga Normal
Diskon menjadi elemen penting dalam Girl Math. Saat seseorang menemukan barang yang sebelumnya seharga Rp500 ribu dan diskon menjadi Rp250 ribu, mereka merasa telah menghemat Rp250 ribu, bukan mengeluarkan uang Rp250 ribu. Logika ini membuat belanja diskon terasa seperti keputusan keuangan yang cerdas, meskipun uang tetap keluar.
5. Menggenapkan Saldo di Bank
Pernahkah kalian merasa perlu belanja sesuatu hanya karena ingin saldo di rekening terlihat lebih rapi? Misalnya, saldo di bank adalah Rp1,245 juta, lalu kalian membeli barang seharga Rp45 ribu supaya saldonya menjadi Rp1,2 juta. Rasanya memuaskan secara visual, meskipun keputusan ini sering kali tidak rasional.
Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah cara kerja Girl Math benar-benar membantu dalam mengelola keuangan, atau justru berpotensi merugikan?
Di sisi positif, Girl Math memberikan rasa nyaman secara emosional. Pendekatan ini membuat seseorang merasa lebih tenang dengan keputusan finansial mereka. Misalnya, konsep menyisihkan sisa anggaran harian untuk esok hari bisa membantu mengontrol pengeluaran harian. Selain itu, membeli barang diskon memang terasa menyenangkan, terutama saat seseorang merasa telah membuat keputusan keuangan yang cerdas.
Namun, jika tidak dikendalikan, Girl Math bisa menjadi jebakan. Logika bahwa uang tunai tidak terasa seperti pengeluaran nyata dapat membuat seseorang kehilangan jejak pengeluaran mereka. Begitu pula dengan anggapan bahwa belanja diskon adalah penghematan, yang sering kali mendorong pembelian barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Lebih jauh lagi, kebiasaan menggunakan cicilan sebagai cara pembayaran bisa menciptakan ilusi bahwa pengeluaran lebih ringan. Padahal, jika kebiasaan ini tidak dikontrol, total utang bisa menumpuk dan membebani keuangan di masa depan. Dalam jangka panjang, kebiasaan seperti ini dapat membuat seseorang kehilangan kontrol atas pengeluaran mereka, yang berdampak buruk pada stabilitas finansial.
So, Girl Math adalah pendekatan yang menarik dan sering kali menghibur dalam memandang uang. Konsep ini memang tidak sepenuhnya salah, terutama jika digunakan dengan sadar dan dalam batas tertentu. Namun, penting untuk diingat bahwa pengelolaan keuangan yang sehat tetap membutuhkan logika realistis, perencanaan yang matang, dan pencatatan yang jelas.
Jika kalian merasa bahwa pengelolaan keuangan masih sering terjebak dalam logika emosional seperti Girl Math, belajar dari FAR Capital bisa menjadi langkah bijak untuk memperbaiki pola pikir finansial. Dengan strategi yang tepat, kalian tidak hanya bisa mengelola pengeluaran lebih baik, tetapi juga mencapai tujuan keuangan dengan lebih cepat.
Meskipun menyenangkan untuk sesekali menggunakan Girl Math sebagai cara untuk memahami pengeluaran, pastikan kalian tetap memprioritaskan prinsip keuangan yang benar. kamu
