Doom Spending! Gaya Hidup Gen Z yang Mengancam Keuangan Masa Depan

Doom Spending Ngancem Keuangan. Foto: Pexels.com

Dalam era digital ini, fenomena doom spending menjadi salah satu tren yang ramai dibicarakan, terutama di kalangan Gen Z. Tren ini semakin populer di media sosial, bahkan banyak yang menjadikannya bagian dari gaya hidup. Namun, apakah doom spending sekadar tren sementara atau ancaman serius bagi kesehatan finansial generasi muda?

Doom spending adalah kebiasaan mengeluarkan uang tanpa berpikir panjang, sering kali sebagai respons terhadap tekanan emosional atau kondisi mental yang tidak stabil. Gen Z, generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi dan media sosial, lebih rentan terhadap fenomena ini. Ditambah dengan dampak pandemi COVID-19 yang mengubah pola hidup, doom spending menjadi semakin sulit dihindari.

Misalnya, saat merasa cemas atau bosan, banyak orang Gen Z memilih untuk membuka aplikasi belanja online seperti Shopee atau Tokopedia sebagai hiburan instan. Akibatnya, barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, seperti skincare, pakaian terbaru, hingga gadget, sering kali masuk ke keranjang belanja tanpa pertimbangan matang.

Faktor pendorong doom spending

Doom Spending Ngancem Keuangan. Foto: Pexels.com

Fenomena doom spending ini didorong oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah tekanan sosial yang dihasilkan dari media sosial. Instagram, TikTok, dan platform lainnya sering kali menampilkan gaya hidup mewah yang menanamkan kebutuhan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti tren terkini. Hal ini tidak hanya mendorong pembelian impulsif, tetapi juga dapat merusak prioritas keuangan pribadi.

Selain itu, kemudahan teknologi turut berkontribusi. Dengan adanya e-wallet dan ditambah fitur pay later, proses belanja menjadi sangat cepat dan sederhana. Cukup satu klik, barang impian sudah bisa dibeli tanpa perlu membayar secara tunai. Namun, kemudahan ini justru menjadi jebakan yang bisa menyebabkan utang menumpuk jika tidak dikelola dengan bijak.

Faktor lain adalah penggunaan belanja sebagai pelarian dari stres. Gen Z dikenal lebih terbuka dalam membicarakan kesehatan mental, tetapi sebagian dari mereka mencari solusi instan melalui belanja. Aktivitas ini memberikan sensasi kebahagiaan sementara atau dopamine rush, yang pada akhirnya dapat menjadi kebiasaan berulang yang sulit dihentikan.

Dampak doom spending bagi keuangan

Doom Spending Ngancem Keuangan. Foto: Pexels.com

Meskipun terlihat menyenangkan, kebiasaan doom spending memiliki dampak serius, khususnya dalam jangka panjang. Berikut beberapa risiko yang perlu diwaspadai:

  1. Utang menumpuk
    Dengan menggunakan kartu kredit atau fasilitas pay later, banyak orang terjebak dalam utang yang sulit dilunasi karena tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang.
  2. Tabungan kosong
    Alih-alih menyimpan uang untuk kebutuhan darurat atau investasi, uang sering kali habis untuk membeli barang konsumtif yang tidak memberikan nilai jangka panjang.
  3. Stres finansial
    Ironisnya, kebiasaan ini yang awalnya bertujuan untuk mengurangi stres malah menambah tekanan akibat masalah finansial yang semakin berat.

Cara mengatasi doom spending

Doom Spending Ngancem Keuangan. Foto: Pexels.com

Jika kalian merasa terjebak dalam siklus doom spending, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasinya:

  1. Buat anggaran dan catat pengeluaran
    Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat anggaran bulanan. Dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran, kalian dapat memahami pola keuanganmu dan membuat prioritas yang lebih baik.
  2. Gunakan metode 24 Jam
    Saat merasa ingin membeli sesuatu, cobalah untuk menunda keputusan selama 24 jam. Hal ini membantu memberikan waktu untuk mempertimbangkan apakah pembelian tersebut benar-benar diperlukan.
  3. Investasi pada pengembangan diri
    Daripada menghabiskan uang untuk barang konsumtif, gunakan untuk hal yang memberikan manfaat jangka panjang, seperti kursus online, buku pengembangan diri, atau belajar keterampilan baru.
  4. Cari aktivitas lain untuk mengatasi stres
    Belanja bukan satu-satunya cara untuk menghilangkan stres. Cobalah aktivitas produktif seperti olahraga, meditasi, atau menulis jurnal.

Langkah paling penting dalam mengatasi doom spending adalah mengubah pola pikir. Uang bukan hanya alat untuk memenuhi keinginan, tetapi juga tanggung jawab besar. Gen Z perlu memahami bahwa kebiasaan buruk dalam mengelola keuangan saat ini bisa berdampak besar pada masa depan.

Tanyakan pada diri sendiri sebelum membeli sesuatu: Apakah barang ini benar-benar dibutuhkan? Atau hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial? Dengan mindset yang lebih sehat, kebiasaan finansial buruk dapat diminimalkan.

Doom spending bukanlah tren yang harus dibanggakan, tetapi kebiasaan yang perlu dikendalikan. Generasi Z memiliki potensi besar untuk menciptakan perubahan positif, termasuk dalam hal keuangan. Dengan manajemen keuangan yang bijak, mereka bisa membangun masa depan finansial yang lebih stabil dan cerah. Jadi, daripada terjebak dalam siklus doom spending, mulailah belajar untuk lebih bijak mengelola uang dan membuat keputusan finansial yang lebih baik.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Dapatkan Penawaran Menarik dari FAR Capital!
    Newsletter
    Contact
    Email Us
    Copyrights of FAR CAPITAL INDONESIA 2024